Perlu diketahui, meski jarang terjadi namun transfusi darah dapat menimbulkan sejumlah efek samping. Salah satunya adalah demam, di mana demam bisa terjadi ketika transfusi darah berlangsung atau beberapa hari setelahnya. Demam adalah bentuk respons alami tubuh terhadap sel darah putih dari pendonor yang masuk ke dalam tubuh, di mana kondisi ini bisa ditangani dengan pemberian obat pereda demam.
Efek samping lainnya adalah alergi pasca transfusi darah. Reaksi alergi yang timbul bisa berupa gatal-gatal, nyeri dada atau punggung, sulit bernapas, demam, menggigil, kemerahan di kulit, denyut jantung cepat, tekanan darah turun, dan mual. Lantas, bagaimana cara mengatasi alergi pasca transfusi darah?
Sebelum transfusi darah, dokter akan menanyakan riwayat alergi dan transfusi sebelumnya, hingga riwayat penyakit pasien. Lalu dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan tanda-tanda vital, seperti tekanan darah dan denyut jantung. Setelah itu, dokter akan melakukan cek golongan darah dan dokter akan memberikan transfusi darah sesuai dengan golongan darah (A, B, O, atau AB), serta rhesus pasien (positif atau negatif).
Secara umum, proses transfusi darah akan berlangsung selama 1-4 jam, atau bisa lebih cepat. Tahap-tahap yang dilakukan oleh dokter pada proses transfusi darah antara lain adalah sebagai berikut:
Langkah pertama, dokter akan meminta pasien untuk berbaring di tempat tidur yang telah disediakan.
Lalu proses pemasangan infus di lengan pasien, dan menghubungkan selang infusnya dengan kantong darah.
Setelah itu, dokter akan memantau pasien selama 15−30 menit pertama transfusi, untuk memastikan pasien tidak mengalami reaksi alergi.
Selama proses transfusi berlangsung, dokter akan memeriksa kondisi pasien secara berkala, termasuk juga memantau suhu tubuh, tekanan darah, serta detak jantung. Setelah transfusi darah, dokter kemudian akan melepaskan selang yang sebelumnya dimasukkan ke pembuluh darah di lengan. Lengan tempat dimasukkannya jarum mungkin akan terasa nyeri dan tampak memar, tapi tak perlu khawatir karena keluhan itu umumnya akan hilang dengan sendirinya dalam beberapa hari.
Lantas, bagaimana jika ada reaksi alergi pasca transfusi darah?
Seperti yang telah disebutkan di atas, bahwa transfusi darah memang bisa menimbulkan menimbulkan sejumlah efek samping, termasuk reaksi alergi. Berikut ini adalah beberapa langkah yang dapat diambil untuk mengatasi alergi pasca transfusi darah yang perlu diketahui:
Pemberhentian Transfusi: Jika terjadi reaksi alergi selama transfusi, maka petugas kesehatan dapat memutuskan untuk menghentikan transfusi darah.
Pemberian Obat Antihistamin: Dokter atau perawat bisa memberikan obat anti alergi seperti antihistamin untuk meredakan gejala alergi seperti gatal, kemerahan, atau ruam kulit.
Pemberian Obat Antiinflamasi: Dalam beberapa kasus, dokter juga bisa memberikan obat antiinflamasi atau kortikosteroid untuk meredakan peradangan dan gejala lainnya.
Pemantauan dan Perawatan Medis: Setelah pemberhentian transfusi, kamu mungkin perlu dipantau lebih lanjut di fasilitas medis untuk memastikan tidak ada reaksi lebih lanjut atau komplikasi.
Pertimbangkan Penggunaan Epinefrin: Dalam kasus reaksi alergi yang parah atau anafilaksis, maka dokter mungkin perlu menggunakan epinefrin (adrenalin) untuk mengatasi gejala yang mengancam jiwa.
Pemberian Cairan Intravena: Jika reaksi alergi menyebabkan hipotensi atau syok, maka pemberian cairan intravena mungkin diperlukan untuk menjaga tekanan darah.
Pemeriksaan Lebih Lanjut: Setelah insiden alergi, maka dokter mungkin akan merekomendasikan pemeriksaan lebih lanjut untuk menentukan alasan pasti dari reaksi tersebut dan untuk mengevaluasi risiko potensial untuk transfusi darah masa depan.
Itulah beberapa upaya yang bisa dilakukan untuk mengatasi alergi pasca transfusi darah. Sebagai tambahan informasi, transfusi darah adalah prosedur untuk menyalurkan darah kepada orang yang membutuhkannya, misalnya yang mengalami pendarahan hebat atau menderita kurang darah. Komponen darah yang diberikan bisa seluruhnya atau sebagian, seperti trombosit ataupun plasma.
Sumber gambar: Freepik