Sulfit merupakan jenis komponen kimiawi yang normal ditemukan secara alami pada beberapa jenis makanan. Namun sulfit sebagai bahan kimia juga digunakan sebagai pengawet makanan, minuman, atau obat agar tidak cepat rusak. Pada makanan dan minuman, sulfit digunakan untuk mencegah perubahan warna akibat pertumbuhan bakteri. Sebagian orang memang sensitif terhadap sulfit, namun sebagian yang lain benar-benar alergi terhadap sulfit. Mari memahami perbedaan kedua kondisi ini, dari gejala dan cara mengatasinya.
Alergi sulfit berarti sistem imun bekerja terlalu ‘keras’ sehingga menganggap beberapa jenis alergen, dalam hal ini sulfit, berbahaya bagi tubuh. Hasilnya sistem imun mengeluarkan respons perlindungan dengan memproduksi immunoglobulin E (Ig E) dalam pembuluh darah. Ig E inilah yang memicu tubuh mengeluarkan senyawa yang bersifat memicu peradangan bernama histamin. Efek histamin pada pemilik alergi berbeda-beda dan disebut sebagai reaksi alergi. Pada kasus alergi sulfit, gejalanya akan dibahas lebih lanjut setelah ini.
Baik alergi sulfit maupun sensitif terhadap sulfit memiliki gejala yang hampir sama. Cermati daftar gejalanya:
Apabila gejala di atas disertai dengan kesulitan bernapas dan menelan, detak jantung cepat, pusing, muntal, dan mengi parah, bisa jadi itu tanda reaksi alergi parah bernama anafilaksis. Karena bisa mengancam jiwa, sebaiknya penderita gejala berat segera mendapat pertolongan medis di fasilitas kesehatan terdekat. Dokter mungkin akan menyuntikkan epinefrin untuk mencegah anafilaksis.
Photo by Angele J on Pexel
Sedangkan untuk alergi ringan, penderita bisa meredakannya dengan mengonsumsi obat antihistamin. Obat alergi yang satu ini bisa didapatkan di apotek tanpa resep dokter. Untuk mendukung proses pemulihan, segera hindari makanan dan minuman yang menggunakan sulfit sebagai bahan pengawet. Beberapa contohnya adalah minuman beralkohol seperti bir dan wine, buah kering, jus lemon, minuman manis dalam kemasan, keripik kentang, biskuit dan makanan lain yang terbuat dari adonan tepung, dan lain sebagainya.
Kemudian untuk beberapa makanan yang mengandung sulfit secara natural adalah aprikot, anggur, salmon, tomat, selada, produk kedelai, tepung jagung, telur, bawang merah dan putih, hingga asparagus. Meski sulit untuk dihindari, setidaknya hindari mengkonsumsi makanan tersebut dengan jumlah banyak. Kadar sulfite dalam makanan alami cenderung rendah sehingga cukup aman bagi pemilik alergi sulfit, kecuali untuk pemilik alergi yang sensitif.
Sebagai catatan tambahan, orang yang telah didiagnosis memiliki asma umumnya juga alergi sulfit. Karena gejalanya bisa sangat mengganggu dan berpotensi serius, penting untuk memeriksakan diri, bahkan setelah kasus pertama reaksi alergi sulfit bisa ditangani. Kamu mungkin perlu menjalani tes alergi secara oral karena alergi sulfit termasuk jarang terdeteksi melalui metode skin test.
Referensi:
Featured image by freepik