Jangan Anggap Remeh! Kenali Gejala dan Cara Mengatasi Alergi Tempe

  Senin, 26 Agustus 2024 | 09:01 WIB
   TEAM PROSIX
jangan-anggap-remeh-kenali-gejala-dan-cara-mengatasi-alergi-tempe_xCU.jpg

Alergi tempe mungkin masih cukup asing. Meskipun tidak terlalu umum, namun nyatanya alergi terhadap tempe dapat terjadi pada beberapa orang. Tempe sendiri merupakan sebuah produk fermentasi kedelai, sehingga alergi terhadap tempe seringkali terkait dengan alergi kedelai.

Alergi terhadap protein yang terkandung di dalam kedelai, seperti glycinin dan conglycinin, bisa menyebabkan seseorang mengalami alergi terhadap tempe. Dalam kasus yang jarang, beberapa orang mungkin juga akan bereaksi terhadap komponen yang dihasilkan selama proses fermentasi tempe, termasuk ragi dan jamur Rhizopus yang digunakan untuk fermentasi.

Gejala dan Penyebab Alergi Tempe

Gejala alergi terhadap tempe bisa bervariasi dari ringan hingga berat, dan biasanya gejala ini akan muncul beberapa menit hingga beberapa jam setelah seseorang konsumsi tempe:

  • Kulit: Gatal-gatal (urtikaria), ruam kulit atau eksim, pembengkakan di sekitar mulut atau wajah (angioedema).

  • Saluran Pencernaan: Mual atau muntah, kram perut, diare.

  • Saluran Pernapasan: Hidung tersumbat atau berair, bersin, batuk, sesak napas atau mengi.

  • Reaksi Sistemik: Anafilaksis yang merupakan reaksi alergi parah dan mengancam nyawa, dengan gejala seperti kesulitan bernapas, penurunan tekanan darah, dan pingsan.

Alergi tempe memang seringkali terkait dengan alergi kedelai, tetapi bisa juga disebabkan oleh beberapa faktor lain terkait dengan tempe dan proses pembuatannya. Berikut ini adalah beberapa penyebab umum seseorang mengalami alergi terhadap tempe:

1. Alergi Kedelai

Tempe terbuat dari kedelai yang difermentasi, sehingga alergi terhadap tempe biasanya juga disebabkan oleh alergi terhadap protein kedelai. Protein utama dalam kedelai yang sering menjadi penyebab alergi adalah glycinin yang merupakan protein penyusun utama dalam kedelai. Dan conglycinin yang merupakan protein penyusun kedua yang juga dapat menjadi alergen.

2. Proses Fermentasi

Tempe dibuat menggunakan ragi dan jamur Rhizopus untuk proses fermentasi. Meskipun jarang, namun ada beberapa orang yang mungkin mengalami reaksi terhadap komponen yang dihasilkan selama proses fermentasi, seperti spora jamur atau produk sampingan dari fermentasi. Kemudian, proses fermentasi dapat mengubah struktur protein kedelai, dan ini dapat memengaruhi cara sistem kekebalan tubuh bereaksi terhadap protein tersebut. Namun, ini umumnya bukan penyebab utama terjadinya alergi.

3. Kontaminasi Silang

Tempe mungkin akan diproses di fasilitas yang juga menangani produk lain yang mengandung alergen. Kontaminasi silang dengan produk yang mengandung kedelai atau bahan alergen lainnya juga bisa saja terjadi.

4. Alergi terhadap Komponen Lain

Beberapa produk tempe mungkin juga mengandung bahan tambahan atau pengawet yang bisa menyebabkan reaksi alergi pada beberapa orang. Jadi, pastikan untuk memeriksa label produk untuk bahan tambahan yang mungkin menjadi penyebab alergi.

Cara Mengatasi Alergi Tempe

alergi tempe

Jika kamu mengalami gejala alergi setelah konsumsi tempe, maka sangat penting untuk menghindari konsumsi tempe dan produk kedelai lainnya serta mencari saran dari dokter atau ahli alergi. Mereka akan membantu menentukan penyebab alergi dan memberikan rencana pengelolaan yang sesuai.

Pengelolaan alergi tempe yang tepat melibatkan beberapa langkah penting untuk menghindari reaksi alergi serta menjaga kesehatan. Berikut ini adalah panduan untuk mengelola alergi tempe:

  1. Hindari Tempe dan Produk Kedelai: Menghindari semua produk yang mengandung tempe dan kedelai merupakan langkah pertama dan paling penting.

  2. Baca Label Makanan: Selalu periksa label makanan untuk memastikan tidak ada kandungan kedelai. Banyak makanan olahan yang mengandung kedelai atau derivatifnya.

  3. Pengobatan Gejala: Antihistamin bisa digunakan untuk meredakan gejala ringan hingga sedang seperti gatal dan ruam. Sedangkan epinefrin untuk reaksi parah seperti anafilaksis.

  4. Konsultasi dengan Ahli Gizi: Untuk memastikan diet tetap seimbang meskipun kamu harus menghindari tempe dan produk kedelai.

  5. Siapkan Rencana Darurat: Buatlah rencana darurat untuk situasi alergi, termasuk penggunaan epinefrin dan tindakan yang harus diambil jika kamu mengalami reaksi parah. Selain itu, simpan informasi kontak dokter dan ahli alergi di tempat yang mudah diakses.

  6. Pendidikan dan Pencegahan: Edukasi keluarga, teman, dan orang-orang di sekitar tentang alergi yang kamu derita dan bagaimana cara membantu jika terjadi reaksi alergi. Selain itu, pastikan lingkungan di sekitar, baik di rumah maupun saat bepergian, tidak mengandung alergen atau risiko kontaminasi silang.

Dengan mengikuti langkah-langkah ini, maka kamu akan lebih mudah dalam mengelola alergi tempe dengan lebih efektif dan mengurangi risiko reaksi alergi. Ingat, pastikan untuk selalu berkoordinasi dengan profesional kesehatan untuk mendapatkan saran dan perawatan yang sesuai dengan kondisimu.

Kapan Harus Segera Mencari Bantuan Medis?

Penting untuk diingat bahwa menggunakan obat anti alergi dengan benar dan menghindari paparan tempe serta produk kedelai lainnya akan menjadi kunci untuk mengelola alergi tempe secara efektif.

Tapi jika kamu mengalami gejala alergi yang parah seperti kesulitan bernapas, pembengkakan di wajah atau tenggorokan, atau anafilaksis, pastikan untuk segera mencari bantuan medis darurat. Pasalnya, reaksi alergi yang parah memerlukan penanganan segera untuk mencegah komplikasi yang serius.

Sumber gambar: Freepik