Alergi dapat mengganggu aktivitas sehari-hari dan menurunkan kualitas hidup. Salah satu metode medis yang efektif untuk mengatasi gejala alergi adalah imunoterapi alergi. Tanpa perawatan yang tepat, alergi bisa semakin parah dan menimbulkan masalah kesehatan lebih serius. Oleh karenanya, dokter akan merekomendasikan tindakan imunoterapi alergi untuk membantu meredakan gejala alergi yang tak kunjung membaik. Artikel ini akan membahas tentang imunoterapi alergi, jenis-jenisnya, cara kerjanya, efek samping, manfaat, serta perkiraan berapa biaya yang dibutuhkan untuk menjalani imunoterapi ini.
Imunoterapi alergi adalah metode pengobatan yang bertujuan untuk mengurangi sensitivitas tubuh terhadap alergen tertentu. Terapi ini bekerja dengan memberikan ekstrak alergen dalam dosis kecil yang meningkat secara bertahap dengan cara disuntikkan, sehingga tubuh dapat beradaptasi dan mengurangi reaksi alergi seiring waktu. Terapi ini sering digunakan untuk penderita alergi terhadap serbuk sari, tungau debu, bulu binatang, dan racun serangga.
Prinsip dasar dari imunoterapi alergi adalah efektifitas klinis tergantung dosis. Dosis minimal yang ditentukan dari ekstrak alergen harus diinjeksikan untuk memperoleh sebuah kontrol gejala yang efektif. Asal ekstrak alergen ini dari proses pencampuran sumber material alergen (mold spores, pollen, dust mites, or animal pelts) pada ciaran butter agar komponen yang larut dalam air terekstrak.
Sumber: Freepik
Ada beberapa jenis imunoterapi alergi yang umum digunakan, yaitu:
Sublingual Immunotherapy (SLIT): Dokter meneteskan atau menggunakan tablet atau tetes cairan yang diletakkan di bawah lidah, lalu mengamati reaksi yang muncul. Terapi ini dilakukan selama 3-5 tahun setiap harinya. SLIT sering digunakan untuk mengatasi alergi serbuk sari, tungau debu, dan bulu binatang. Tujuannya, terapi ini melatih sistem kekebalan tubuh menjadi terbiasa dengan alergen dan berkurangnya gejala alergi.
Subcutaneous Immunotherapy (SCIT): Dokter secara prosedur memberikan suntikan alergen ke dalam kulit. SCIT adalah metode yang paling umum dan sering digunakan untuk berbagai jenis alergi. Biasanya terapi ini dilakukan 1-3 kali seminggu dalam kurun 6 bulan hingga beberapa tahun.
Epicutaneous Immunotherapy (EPIT): Menggunakan patch yang ditempelkan pada kulit untuk mengantarkan alergen. EPIT biasanya digunakan dalam penelitian dan pengembangan untuk alergi makanan.
Imunoterapi alergi bekerja dengan prinsip desensitisasi, di mana tubuh secara perlahan terbiasa dengan alergen yang menyebabkan reaksi alergi. Proses ini dimulai dengan pemberian dosis alergen yang sangat kecil, yang kemudian ditingkatkan secara bertahap selama beberapa bulan hingga tahun. Dengan demikian, tubuh akan terbiasa terpapar dengan alergen sehingga sistem kekebalan tidak lagi bereaksi berlebihan dengan menunjukkan beberapa gejala.
Berikut tahapan cara kerja imunoterapi alergi:
Pertama, fase Inisiasi yang dimulai dengan dosis rendah alergen yang diberikan secara berkala, biasanya sekali atau dua kali seminggu, hingga mencapai dosis pemeliharaan.
Dilanjutkan fase pemeliharaan, yakni setelah mencapai dosis pemeliharaan, pasien akan terus menerima dosis tersebut setiap beberapa minggu selama beberapa tahun.
Efek dari terapi imunoterapi ini akan meningkat bersamaan dengan lamanya pengobatan dan perbaikan nyata baru tampak setelah terapi berjalan 6 bulan atau lebih. Di samping efektifitasnya dalam mengatasi masalah alergi, imunoterapi alergi dapat menyebabkan beberapa efek samping ringan hingga serius, antara lain:
Reaksi lokal seperti kemerahan, bengkak, dan gatal di area suntikan atau aplikasi.
Reaksi sistemik ringan seperti hidung tersumbat, bersin, biduran, dada sesak, mengi, pembengkakan tenggorokan, sesak napas, atau gatal-gatal.
Reaksi sistemik berat seperti anafilaksis, yang memerlukan penanganan medis segera, ditandai dengan tekanan darah rendah dan kesulitan bernapas.
Sumber: Freepik
Manfaat melakukan prosedur imunoterapi alergi secara konsisten meliputi:
Mengurangi gejala alergi secara signifikan, meskipun tidak serta merta menyembuhkan alergi.
Membantu meningkatkan toleransi hingga respons sistem kekebalan tubuh normal terhadap alergen.
Mengurangi kebutuhan akan obat-obatan alergi.
Meningkatkan kualitas hidup dengan mengurangi frekuensi dan intensitas reaksi alergi.
Potensi untuk memberikan perlindungan jangka panjang bahkan setelah terapi dihentikan.
Biaya imunoterapi alergi dapat bervariasi tergantung pada jenis terapi yang digunakan, durasi pengobatan, dan lokasi klinik atau rumah sakit yang menangani. Secara umum, biaya untuk imunoterapi alergi berkisar antara beberapa juta hingga puluhan juta rupiah per tahunnya. Berikut adalah perkiraan biaya yang mungkin kamu butuhkan:
Sublingual Immunotherapy (SLIT): Biaya untuk terapi ini bisa berkisar antara 5 juta hingga 15 juta rupiah per tahun.
Subcutaneous Immunotherapy (SCIT): Biaya untuk SCIT biasanya lebih tinggi, berkisar antara 10 juta hingga 30 juta rupiah per tahun.
Epicutaneous Immunotherapy (EPIT): Karena masih dalam tahap pengembangan, biaya untuk EPIT bisa sangat bervariasi dan mungkin lebih mahal.
Tambahan catatan dari kami, setelah mendapat diagnosis alergi yang tepat, cara meredakan reaksi alergi yang ringan bisa dengan meminum obat-obatan anti alergi. Obat anti alergi umumnya mengandung antihistamin atau bisa juga cetirizine hydrochloride untuk membantu meredakan gejalanya.
Kita telah memahami bahwa imunoterapi alergi merupakan salah satu metode yang efektif untuk mengurangi reaksi alergi dan meningkatkan kualitas hidup penderita alergi. Dengan memahami jenis-jenis imunoterapi, cara kerjanya, manfaat, efek samping, dan biaya yang diperlukan, kamu bisa memilih metode yang paling sesuai dengan kebutuhanmu. Jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter spesialis alergi untuk mendapatkan informasi lebih lanjut dan penanganan yang tepat.