Kenali 3 Jenis Terapi Alergi yang Aman dan Manfaatnya

  Jumat, 10 November 2023 | 07:11 WIB
   Team Prosix
ep36.1.jpg

Pada banyak pembahasan, cara mengatasi alergi yang paling sering disarankan adalah dengan menghindari alergen. Pemilik alergi sebisa mungkin mencegah interaksi dengan hal-hal yang memicu reaksi alerginya. Namun tidak semua bentuk pemicu alergi bisa dihindari dengan mudah, seperti serbuk sari tanaman saat seseorang terpaksa beraktivitas di luar ruangan. Sehingga cara mengatasi alergi yang bisa diambil adalah dengan mendapatkan terapi alergi. Mari mengenal jenis-jenis terapi alergi yang aman dan sehat untuk mengatasi alergi sekaligus manfaatnya.

Cara Kerja Terapi Alergi

Atoosa Kourosh (2022)¹ menjelaskan bahwa terapi alergi dilakukan untuk membuat tubuh yang sistem imunnya tidak normal menjadi tidak terlalu peka dengan alergen. Terapi ini dimulai dengan serangkaian tes untuk mendiagnosis alergen yang dimiliki. Kemudian kamu akan diberi beberapa pilihan jenis terapi alergi sekaligus saran pilihan yang sesuai dengan kondisi tubuh. Nantinya, proses terapi dapat dipercepat atau diperlambat tergantung pada tingkat toleransi dan reaksi alergi yang terjadi.

Secara garis besar, terapi alergi bekerja hampir sama dengan vaksin. Sistem imun dibuat terbiasa dengan alergen yang masuk dalam tubuh. Sehingga seiring berjalannya proses terapi, tubuh akan memberikan reaksi yang lebih ringan saat bertemu alergen yang sesungguhnya di kegiatan sehari-hari. Beberapa jenis alergen yang dapat diatasi dengan terapi adalah serbuk sari tanaman, debu, bulu binatang, kecoa, sengatan lebah, dan lain-lain.

Jenis Terapi Alergi

1. Subkutan (Allergy Shots)

Subkutan imunoterapi adalah terapi alergi menggunakan zat alergen yang disuntikkan pada lengan seminggu sekali atau lebih selama 6-7 bulan pertama. Kemudian menjadi dua minggu sekali pada bulan ke 8 dan seterusnya hingga sebulan sekali. Meski berbeda untuk setiap pemilik alergi, namun terapi ini membutuhkan waktu 3-5 tahun. Dinilai sebagai cara paling efektif, jenis terapi alergi ini digunakan untuk menurunkan risiko terjadinya reaksi alergi pada hidung, mata, telinga, hingga paru-paru.

2. Sublingual

Jika kamu kurang suka dengan metode suntikan, maka terapi alergi sublingual bisa menjadi alternatif pilihan. Pemilik alergi hanya perlu meletakkan satu jenis tablet berisi zat alergi di bawah lidah selama kurang lebih 2 menit dan menelan larutan tablet tersebut. Dokter akan melihat efek alergen tersebut pada tubuh selama sekitar 30 menit setelahnya. Tentu saja pada terapi berikutnya semua proses dapat dilakukan di rumah. Cara ini akan dilakukan seminggu 3 kali dan secara bertahap menjadi hampir setiap hari. Untuk mempertahankan efektivitasnya, pemilik alergi perlu menjalani terapi ini selama 3 tahun atau lebih.

Selain meringankan reaksi alergi yang muncul, terapi ini juga akan memiliki toleransi yang tinggi. Sayangnya, hanya sebagian kecil jenis alergen yang sudah bisa diatasi dengan cara ini. Jadi akan perlu sekali untuk mendapat konsultasi dokter sebelumnya.

3. Obat Oral

Sama seperti jenis terapi alergi yang lain, kamu juga akan melalui serangkaian tes untuk mengetahui jenis obat dan berapa banyak yang perlu diminum. Selain mencari efektivitas dari terapi obat oral, langkah ini juga akan meminimalisir adanya efek samping. Umumnya obat yang diberikan adalah jenis dekongestan dan antihistamin, berbeda dengan jenis tablet pada jenis terapi sebelumnya. Obat ini akan membantu meredakan hidung tersumbat, pilek, bersin, serta gatal di area hidung. Selain itu, ada juga kortikosteroid yang mampu mengobati inflamasi pada hidung.

Pemilik alergi yang ingin mengambil terapi alergi jenis pengobatan oral juga tetap membutuhkan konsultasi, diagnosis awal, dan resep dari dokter atau ahli imunologi. Sehingga meskipun beberapa jenis antihistamin dijual bebas, seseorang tetap perlu mendapatkan pengawasan ahli medis.

Meski pada beberapa kasus terapi alergi belum sepenuhnya hilang, namun langkah ini dilakukan untuk menurunkan resiko kambuh sering muncul. Jika kamu melakukan proses ini secara konsisten sekaligus tetap menghindari alergen, manfaat yang dirasakan akan lebih optimal.

Referensi:

American College of Allergy, Asthma, & Immunology. 2022. Diakses pada 17 Oktober 2023 dari https://acaai.org/allergies/management-treatment/allergy-immunotherapy/