Tangan Alergi Bawang Putih, Mengapa Terjadi?

  Jumat, 23 Agustus 2024 | 01:53 WIB
   Team Prosix
tangan-alergi-bawang-putih-mengapa-terjadi_liz.jpg

Efek panas dan gatal pada tangan setelah memegang bawang putih tidak hanya disebabkan oleh zat iritan. Bisa jadi, kondisi tersebut muncul sebagai reaksi alergi. Meskipun jarang, bawang putih ternyata juga masuk ke dalam daftar makanan yang bisa menyebabkan alergi. Itulah mengapa tangan alergi bawang putih juga bisa terjadi.

Reaksi alergi pada bawang putih tidak hanya muncul ketika bawang ini dimakan. Namun, juga bisa terjadi ketika kulit bersentuhan langsung dengan bawang putih yang sudah dikupas. Gejala alergi dapat muncul dengan cepat setelah atau dalam waktu dua jam setelah bersentuhan dengan bawang putih.

Gejala Tangan Alergi Bawang Putih

Sumber: Freepik

Gangguan kulit, seperti gatal dan panas di tangan maupun seluruh tubuh dapat muncul jika kamu memegang atau makan bawang putih. Sementara gejala kesemutan, pilek, bersin, mual dan muntah, bersin, diare, serta kram perut hanya akan muncul setelah bawang putih dimakan.

Bila setelah makan bawang timbul sesak napas, segera minta bantuan medis. Ini merupakan gejala alergi yang mengancam jiwa.

Jika kamu memiliki alergi bawang putih, sebisa mungkin hindari untuk memakannya, bahkan menyentuhnya dengan tangan telanjang, agar tidak timbul reaksi alergi, seperti gatal, panas, atau bahkan sesak napas.

Penyebab Tangan Alergi Bawang Putih

Sumber: Freepik

Alergi bawang putih disebabkan oleh reaksi sistem kekebalan tubuh terhadap zat yang terlihat mengancam masuk ke dalam tubuh. Hal ini mungkin dikarenakan bawang putih mengandung enzim alliin lyase yang diduga salah dikenali sebagai ancaman oleh sistem kekebalan tubuh.

Kemudian, sistem imun menyerang balik dan memproduksi antibodi terhadap enzim yang ada di bawang putih. Alhasil, serangkaian gejala alergi pun muncul.

Menariknya, pemilik alergi ini juga dapat mengembangkan reaksi yang sama terhadap bawang merah, asparagus, dan daun bawang. Kondisi yang disebut reaktivitas silang ini terjadi karena bawang putih termasuk dalam kelompok makanan serupa, yaitu rempah-rempah.

Rempah-rempah adalah bumbu penyedap yang biasa dimasukkan ke dalam masakan. Kebanyakan rempah-rempah digunakan dalam keadaan kering, seperti bawang putih, yang ternyata mengandung protein penyebab alergi makanan.

Sementara itu, rempah-rempah yang digiling, seperti paprika, juga masih tetap meninggalkan protein penyebab alergi meskipun dalam jumlah sedikit. Oleh sebab itu, alergen rempah dapat ditemukan di mana saja, baik makanan mentah, sudah dipanggang, hingga dikeringkan.

Siapa Saja yang Berisiko Terkena Alergi Bawang Putih?

Alergi rempah memang hanya mewakili 2% dari semua kasus alergi makanan, seperti seafood, susu, dan buah. Kondisi ini juga lebih sering terjadi pada orang dewasa dibandingkan anak-anak.

Tidak hanya itu, alergi rempah juga lebih sering terjadi pada pekerja di pabrik rempah-rempah. Bahkan, wanita disebut lebih berisiko mengembangkan alergi ini meskipun belum diketahui penyebab pastinya.

Perawatan untuk Alergi Bawang Putih

Perawatan untuk alergi bawang putih berbeda dengan perawatan yang diperlukan untuk intoleransi bawang putih. Sebagian besar reaksi alergi bersifat ringan, tetapi terkadang reaksi parah yang disebut anafilaksis atau syok anafilaksis dapat terjadi. Ini adalah keadaan darurat medis dan membutuhkan penanganan segera. Dalam kasus-kasus di mana gejalanya ringan atau sedang, dapat diobati dengan antihistamin yang mudah didapatkan di apotek. Antihistamin diberikan ketika gejala reaksi diketahui, atau sebelum terpapar alergen, untuk mencegah reaksi alergi.

Suntikan adrenalin diberikan kepada mereka yang memiliki risiko anafilaksis, yang terjadi pada kasus yang sangat jarang. Obat ini harus dibawa setiap saat, sehingga dapat digunakan jika terjadi reaksi alergi yang parah.

Terkadang, alergi bawang putih dapat memburuk dan menyebabkan kesehatan memburuk. Jika gejala alergi tidak berkurang, sebaiknya konsultasikan dengan dokter. Jangan minum obat apa pun tanpa berkonsultasi dengan dokter. Keterlambatan konsultasi dapat memperburuk kondisi dengan konsekuensi yang mengancam jiwa.