Kenali Gejala Alergi Akut yang Sering Diabaikan dan Berujung Fatal

  Senin, 19 Agustus 2024 | 13:37 WIB
   TEAM PROSIX
kenali-gejala-alergi-akut-yang-sering-diabaikan-dan-berujung-fatal_sMW.jpg

Kira-kira, bagaimana alergi akut bisa terjadi? Alergi akut terjadi pada saat sistem kekebalan tubuh bereaksi berlebihan terhadap zat yang biasanya tidak berbahaya, yang dikenal sebagai alergen.

Proses terjadinya alergi akut ini bisa dimulai dari paparan pertama terhadap alergen. Ketika seseorang pertama kali terpapar alergen (seperti serbuk sari, debu, makanan tertentu, atau obat), tubuh mungkin tidak akan menunjukkan reaksi yang nyata. Hanya saja, sistem kekebalan mulai memproduksi antibodi khusus yang disebut imunoglobulin E (IgE).

Kemudian, antibodi IgE yang dihasilkan akan menempel pada sel-sel tertentu yang disebut sel mast dan basofil. Sel-sel ini berada di berbagai jaringan tubuh, terutama di kulit, paru-paru, dan saluran pencernaan. Setelah itu, pada paparan berikutnya terhadap alergen yang sama, alergen itu akan berikatan dengan antibodi IgE yang menempel pada sel mast dan basofil.

Ketika alergen berikatan dengan IgE pada sel mast dan basofil, maka hal ini akan memicu pelepasan histamin dan zat kimia lainnya dari sel-sel ini. Histamin dan zat kimia lain inilah yang akan menyebabkan gejala alergi.

Lantas, seperti apa gejala alergi akut yang mungkin sering diabaikan padahal hal tersebut bisa berujung fatal? Pastikan simak ulasan di bawah ini sampai akhir, supaya tidak lagi mengabaikan gejala alergi!

Gejala Alergi Akut yang Bisa Berujung Fatal

alergi akut

Beberapa gejala alergi akut sering kali diabaikan atau dianggap sepele, padahal ini bisa menjadi indikasi dari reaksi alergi yang lebih serius. Berikut ini adalah beberapa gejala alergi akut yang sering diabaikan dan bisa berujung fatal:

  • Gatal-Gatal Ringan: Banyak orang yang menganggap gatal-gatal sebagai hal biasa dan bukan tanda alergi serius.

  • Kemerahan atau Ruam Kulit: Ruam ringan atau kemerahan di kulit juga bisa diabaikan karena sering dikira iritasi biasa.

  • Hidung Tersumbat atau Berair: Gejala ini sering kali dianggap sebagai pilek biasa atau reaksi terhadap perubahan cuaca.

  • Mata Berair atau Gatal: Kondisi ini sering disalahartikan sebagai kelelahan mata atau iritasi ringan.

  • Bersin-Bersin: Bersin yang terjadi secara berulang kali bisa dianggap hanya sebagai reaksi terhadap debu atau serbuk sari.

  • Batuk Ringan: Batuk yang tidak terlalu parah juga sering tidak dianggap sebagai gejala alergi.

  • Ketidaknyamanan di Tenggorokan: Rasa gatal atau tidak nyaman di tenggorokan sering kali diabaikan atau dianggap sebagai tanda dehidrasi.

  • Kelelahan atau Lelah: Merasa lelah atau kurang energi biasanya dianggap sebagai akibat dari kurang tidur atau stres, padahal ini bisa jadi tanda alergi.

  • Gangguan Pencernaan Ringan: Gejala seperti perut kembung, mual, atau diare ringan juga sering tidak dianggap sebagai reaksi alergi.

  • Pembengkakan Ringan: Pembengkakan ringan yang terjadi di sekitar mata, bibir, atau wajah sering kali diabaikan jika tidak disertai dengan gejala lain yang lebih serius.

Jika kamu mengalami gejala-gejala alergi yang telah disebutkan di atas secara berulang atau dalam keadaan tertentu, ada baiknya untuk segera berkonsultasi dengan profesional medis untuk mengevaluasi kemungkinan alergi. Mengenali dan menangani alergi sejak dini, tentunya bisa membantu mencegah reaksi yang lebih parah di kemudian hari.

Faktor yang Meningkatkan Risiko Alergi Akut

Ada beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko terjadinya alergi akut, di antaranya adalah sebagai berikut:

  1. Genetika: Riwayat keluarga dengan alergi akan meningkatkan risiko seseorang untuk mengembangkan alergi.

  2. Lingkungan: Paparan terhadap alergen tertentu dalam jumlah yang besar atau terus-menerus juga bisa meningkatkan risiko alergi.

  3. Kondisi Kesehatan: Kondisi medis seperti asma atau dermatitis atopik (eksim) sering kali terkait dengan peningkatan risiko alergi.

  4. Faktor Usia: Anak-anak lebih rentan terhadap alergi, meskipun alergi juga bisa saja berkembang pada orang dewasa.

  5. Gaya Hidup: Kebiasaan merokok, polusi udara, hingga diet yang tidak sehat juga bisa mempengaruhi sistem kekebalan tubuh dan meningkatkan risiko alergi.

Mengetahui bagaimana alergi akut terjadi dan faktor risiko yang terkait tentunya dapat membantu dalam pencegahan dan pengelolaan alergi secara lebih efektif. Lantas, bagaimana cara mengatasi alergi akut?

Cara Mengatasi Alergi Akut

Mengatasi alergi akut tentunya memerlukan pendekatan yang cepat dan tepat untuk meringankan gejala dan mencegah komplikasi. Sebagai langkah awal, hal yang harus dilakukan adalah segera menjauhi atau menghindari paparan terhadap alergen yang diduga menyebabkan reaksi alergi. Kemudian, penggunaan obat antihistamin over-the-counter (OTC) seperti cetirizine, loratadine, atau diphenhydramine diperlukan untuk membantu meredakan gejala seperti gatal, ruam, dan hidung berair. Selain itu, obat dekongestan juga bisa dipilih untuk membantu meredakan hidung tersumbat. Sedangkan krim atau salep kortikosteroid topikal dapat digunakan untuk mengurangi ruam dan gatal-gatal pada kulit.

Untuk penanganan reaksi anafilaksis yang merupakan reaksi alergi yang sangat serius dan memerlukan penanganan medis darurat, penanganannya adalah menggunakan autoinjector epinefrin. Epinefrin ini adalah obat yang paling efektif untuk menghentikan reaksi anafilaksis. Kemudian, segera hubungi layanan darurat atau pergi ke unit gawat darurat terdekat.

Sumber gambar: Freepik