Waspada! Inilah Gejala Alergi Bulu Anjing dan Cara Mengatasinya

  Selasa, 22 Oktober 2024 | 05:33 WIB
   TEAM PROSIX
waspada-inilah-gejala-alergi-bulu-anjing-dan-cara-mengatasinya_1YX.jpg

Jika kamu senang memelihara anjing tetapi alergi terhadap bulunya, langkah apa yang bisa diambil untuk tetap bisa menjaga hewan peliharaan tanpa terlalu banyak mengalami gejala alergi?

Jika kamu mengalami alergi terhadap bulu anjing, itu berarti sistem kekebalan tubuhmu bereaksi berlebihan terhadap protein alergen yang ditemukan dalam serpihan kulit mati (dander), air liur, atau urine anjing. Gejala alergi bulu anjing yang muncul bisa berkisar dari ringan hingga parah, tergantung pada sensitivitas orang tersebut. Kira-kira, apa saja gejala alergi bulu anjing dan bagaimana cara mengatasinya?

Kenapa Bulu Anjing Bisa Sebabkan Alergi?

gejala alergi bulu anjing

Bulu anjing bisa menyebabkan alergi bukan karena bulunya itu sendiri, tetapi karena partikel kecil yang menempel di bulu, seperti serpihan kulit mati, air liur, dan urine anjing. Ketika partikel ini terlepas ke udara atau menempel di permukaan benda, maka mereka bisa terhirup atau bersentuhan dengan kulit, sehingga memicu reaksi alergi pada orang yang sensitif.

Berikut ini adalah penjelasan lebih detail tentang mengapa bulu anjing bisa menyebabkan alergi:

1. Serpihan Kulit Mati (Dander)

Anjing, sebagaimana semua mamalia berbulu, secara alami melepaskan serpihan kulit mati yang sangat kecil, yang disebut dander. Dander ini mengandung protein yang dapat memicu respons alergi pada sistem kekebalan tubuh orang yang sensitif. Protein ini sangat kecil dan ringan, sehingga akan sangat mudah menyebar di udara dan menempel pada permukaan seperti furnitur, pakaian, atau karpet.

2. Air Liur Anjing

Ketika anjing menjilati bulunya atau bagian tubuhnya, maka protein dari air liurnya dapat tertinggal di bulu dan kulit. Air liur anjing ini mengandung protein alergen, yang bisa terhirup saat bulu berjatuhan atau tersebar di udara. Alergen inilah yang dapat menempel di bulu, tangan, dan pakaian, lalu menyebar ke seluruh rumah.

3. Urine dan Feses

Urine anjing juga mengandung protein alergen, di mana partikel-partikel kecil dari urine bisa menempel di bulu dan menyebabkan reaksi alergi pada orang yang bersentuhan dengan anjing atau lingkungannya.

4. Respons Sistem Kekebalan Tubuh

Pada orang yang alergi, sistem kekebalan tubuh akan merespons alergen dari dander, air liur, atau urine anjing dengan cara berlebihan, seolah-olah zat itu berbahaya. Sistem imun melepaskan histamin dan zat kimia lainnya sebagai reaksi perlindungan. Reaksi inilah yang kemudian menyebabkan gejala alergi seperti bersin, hidung tersumbat, mata berair, dan iritasi kulit.

5. Penyebaran Alergen

Alergen dari dander dan air liur anjing sangat ringan dan mudah menyebar, di mana mereka bisa tersebar di udara, menempel pada furniture, pakaian, atau lantai, dan bahkan terbawa oleh udara dari satu ruangan ke ruangan lain. Inilah yang membuat orang yang alergi bisa terpapar alergen meskipun anjingnya tidak berada di ruangan yang sama.

6. Ukuran Partikel Alergen

Alergen yang berasal dari anjing, terutama dander, berukuran sangat kecil dan dapat tetap melayang di udara dalam jangka waktu yang lama. Ini memungkinkan mereka lebih mudah terhirup yang kemudian menyebabkan reaksi alergi, terutama di tempat-tempat yang tidak berventilasi baik atau di mana anjing sering berada.

Gejala Alergi Bulu Anjing

gejala alergi bulu anjing

Berikut ini adalah beberapa gejala alergi bulu anjing yang paling umum:

1. Gejala Pernapasan

  • Bersin: Bersin secara berulang saat berada di dekat anjing atau setelah kontak dengan bulu atau kulit anjing.

  • Hidung Meler atau Tersumbat: Reaksi alergi akan menyebabkan produksi lendir berlebih atau penyumbatan di hidung.

  • Mata Gatal dan Berair: Mata terasa gatal, merah, dan berair akibat iritasi.

  • Batuk atau Mengi: Pada beberapa orang, alergi juga bisa menyebabkan iritasi di tenggorokan, batuk, atau bahkan mengi (napas berbunyi). Ini akan lebih sering terjadi pada orang dengan asma.

  • Sesak Nafas: Pada kasus yang lebih parah, alergi juga bisa menyebabkan kesulitan bernapas, terutama jika kamu memiliki asma.

2. Gejala Kulit

  • Ruam Kulit: Kontak secara langsung dengan kulit anjing atau benda-benda yang terkontaminasi dander dapat menyebabkan ruam atau bintik-bintik merah pada kulit.

  • Gatal-Gatal (Urtikaria): Muncul benjolan merah gatal pada kulit, yang bisa terjadi setelah kontak langsung dengan anjing.

  • Eksim (Dermatitis Atopik): Beberapa orang dengan alergi terhadap bulu anjing mungkin juga akan mengalami eksim, yang ditandai dengan kulit kering, bersisik, dan gatal.

3. Gejala Mata

  • Konjungtivitis Alergi: Mata juga bisa menjadi merah, gatal, berair, dan terasa tidak nyaman karena iritasi akibat alergen dari anjing.

4. Gejala Sistemik

  • Kelelahan: Orang yang mengalami alergi kronis terhadap anjing mungkin akan merasa lelah akibat terus-menerus merespons alergen.

  • Sakit Kepala: Pada beberapa orang, gejala alergi bahkan bisa memicu sakit kepala sinus akibat peradangan di saluran hidung.

5. Gejala Asma

Jika seseorang dengan asma memiliki alergi terhadap bulu anjing, maka gejala asma bisa diperburuk oleh paparan alergen dari anjing, yang meliputi sesak napas, napas berbunyi (mengi), dan serangan asma serius yang mungkin memerlukan penggunaan inhaler atau perawatan medis.

Penanganan Alergi Bulu Anjing

  • Hindari kontak secara langsung dengan anjing atau lingkungan yang banyak terdapat bulu atau kulit mati anjing.

  • Gunakan pembersih udara HEPA untuk menyaring alergen yang tersebar di udara.

  • Bersihkan rumah secara rutin untuk mengurangi jumlah dander di karpet, furniture, atau tempat tidur.

  • Konsultasikan dengan dokter untuk penggunaan obat antihistamin atau semprotan hidung kortikosteroid yang bisa meredakan gejala alergi.

  • Jika alergi parah, maka imunoterapi (terapi alergi) bisa menjadi pilihan jangka panjang untuk mengurangi sensitivitas terhadap alergen.

Gejala alergi bulu anjing bisa saja bervariasi dari ringan hingga parah, tergantung pada sensitivitas individu terhadap alergen.

Sumber gambar: Freepik