Saat membayangkan tentang penyakit autoimun, yang terlintas adalah sistem imun tubuh yang menyerang jaringan di dalam tubuh. Reaksi autoimun dipicu oleh sel-sel tubuh menjadi penyerang di tubuh sendiri. Sebaliknya, alergi merupakan reaksi tubuh akibat paparan zat pemicu alergi, seperti makanan, serbuk sari, suhu dingin, dan lainnya. Apakah kedua hal ini saling terhubung? Apa perbedaan alergi dan reaksi autoimun yang bisa langsung diketahui?
Sebelum menuju pembahasan tentang perbedaan alergi dan reaksi autoimun, ada persamaan antara alergi dan reaksi autoimun, yaitu melibatkan sel imun dalam respons imun. Pada alergi, sistem kekebalan bereaksi terhadap alergen yang tidak berbahaya, memicu aktivasi sel kekebalan.
Demikian juga pada penyakit autoimun, sel imun dapat mengenali jaringan tubuh sebagai benda asing dan respons imun meningkat yang menyebabkan kerusakan jaringan dan peradangan.
Selain keterlibatan sel imun, faktor genetik juga sama-sama berperan dalam perkembangan alergi dan reaksi autoimun. Gen tertentu dikaitkan dengan peningkatan risiko alergi dan autoimun. Faktor genetik dalam kedua gangguan kesehatan ini memengaruhi fungsi sel imun, produksi sitokin, dan respons imun lainnya.
Alergi dan reaksi autoimun sama-sama berkaitan dengan sistem kekebalan tubuh yang terjadi saat antigen mengaktifkan sel imun. Meskipun cara perkembangannya serupa, gambarannya sering kali sangat berbeda.
Reaksi alergi terjadi saat sistem kekebalan tubuh bereaksi terhadap zat asing di lingkungan yang sebenarnya tidak berbahaya. Sedangkan autoimun merupakan respons sistem imun terhadap sel dan jaringan tubuh yang sehat.
Pada gangguan autoimun ini, sistem imun tubuh secara keliru mengidentifikasi sel inang untuk dimusnahkan. Contoh reaksi autoimun seperti penyakit celiac, psoriasis, lupus, penyakit Addison, diabetes tipe I, dan lainnya.
Meskipun alergi dan penyakit autoimun ini memiliki beberapa kesamaan, termasuk keterlibatan sel imun dan faktor genetik, namun keduanya berbeda. Perbedaan alergi dan reaksi autoimun yang jadi concern adalah jenis sel imun yang terlibat.
Pada masalah alergi, sel mast dan antibodi IgE memainkan peran utama dalam respons alergi. Sementara sel T dan B adalah faktor utama dalam autoimunitas.
Nah, sel imun dapat mendorong peradangan dan kerusakan jaringan pada organ target. Ditambah lagi dalam setiap penyakit, baik itu alergi dan reaksi autoimun, ada jenis sel tambahan yang bersifat unik, sehingga di sini letak perbedaannya.
Beberapa contoh alergi seperti asma, sensasi gatal, bersin, mata berair, kulit kemerahan, dan lainnya. Sedangkan reaksi autoimun berkaitan dengan rheumatoid arthritis, diabetes tipe I, penyakit radang usung, multiple sclerosis, dan lainnya.
Dari ketiga poin perbedaan alergi dan reaksi autoimun tersebut, ada beberapa poin perbedaan lainnya, seperti:
Alergi sering disamakan dengan reaksi hipersensitivitas tipe I. Sementara penyakit autoimun berhubungan dengan reaksi hipersensitivitas tipe III dan tipe II.
Reaksi alergi dipicu oleh faktor eksternal, seperti serbuk sari, debu, serangga, makanan, dan lainnya. Sedangkan penyakit autoimun dipicu oleh faktor internal yang memengaruhi sel-sel tubuh.
Perawatan untuk mengatasi alergi dan reaksi autoimun sangat bervariasi tergantung pada jenis dan tingkat keparahannya. Allergy treatment plan meliputi menghindari alergen, minum obat anti alergi, dan/atau imunoterapi.
Sedangkan pengobatan autoimun bisa dengan terapi, mulai dari obat antiinflamasi hingga pengobatan infus imunoglobulin (IG). Infus imunoglobulin (IG) untuk mereka yang mengalami penurunan produksi IG secara signifikan serta tidak merespons terhadap vaksin protein dan polisakarida. Terapi IG memberikan antibodi dari donor darah yang sehat untuk mengatasi reaksi autoimun.
Dalam mengatasi reaksi autoimun seseorang, terapi IG ini bertujuan untuk:
Mencegah infeksi
Meningkatkan sistem kekebalan tubuh
Mencegah kerusakan organ jangka panjang
Meningkatkan kesehatan dan kualitas hidup secara umum
Itu tadi pembahasan mengenai kesamaan serta perbedaan alergi dan reaksi autoimun yang perlu kamu pahami. Jika kamu mengalami keluhan terkait dua kondisi tersebut, segera konsultasi kepada dokter untuk penanganan terbaik.