Sumber: freepik
Untuk menentukan jenis penyakit tertentu, dokter kerap meminta pasien melakukan tes darah. Hasil tes darah umumnya menjelaskan berbagai rate/angka pada setiap komponen di dalam darah yang jadi petunjuk adanya indikasi gangguan kesehatan tertentu. Dalam hal ini, sel darah putih terdiri dari beberapa jenis yang salah satunya adalah eosinofil. Fungsinya sangat penting bagi sistem kekebalan tubuh, sehingga kadar jenis sel darah putih tersebut kerap dijadikan acuan dalam menegakkan diagnosa.
Perlu kamu tahu bahwa kadar normal eosinofil adalah 30–350 sel eosinofil tiap mikroliter darah. Apabila angkanya melebihi 500 sel per mikroliter, maka pasien dianggap mengalami eosinofilia. Menariknya, kondisi ini berkaitan dengan gejala alergi yang terjadi di dalam tubuh lho! Untuk lebih jelasnya, simak ulasan detailnya dalam artikel berikut ini.
Sumber: freepik
Eosinofil merupakan salah satu jenis sel darah putih di dalam tubuh yang berperan dalam melawan parasit dan memunculkan reaksi alergi. Kadar eosinofil umumnya menunjukkan angka paling rendah dibandingkan jenis sel darah putih lainnya. Namun, saat angkanya melebihi ambang batas normal, maka orang tersebut sedang mengalami eosinofilia
Nah, kadar eosinofil yang tinggi/eosinofilia dibagi ke dalam tiga tingkatan yaitu ringan, sedang, dan berat. Berikut rinciannya.
Ringan : 500-1500 eosinofil per mikroliter
Sedang : 1.500-5.000 eosinofil per mikroliter
Berat : 5.000 per mikroliter
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa jenis sel darah putih ini normalnya berjumlah kurang dari 500 sel per mikroliter darah atau lebih tepatnya 30–350 sel eosinofil tiap mikroliter darah.
Seseorang yang mengalami eosinofilia umumnya memiliki kadar eosinofil lebih dari 500 per mikroliter darah. Sementara itu, jumlah eosinofil lebih dari 1.500 per mikroliter disebut hipereosinofilia. Lalu sebenarnya apa sih fungsi utama dari eosinofil?
Pada dasarnya, jenis sel darah putih ini memiliki peran penting dalam menghancurkan substansi asing yang masuk ke dalam tubuh seperti misalnya parasit dan bakteri. Eosinofil bekerja dengan menjebak dan menghancurkan benda asing penyebab penyakit.
Selain itu, eosinofil juga berperan dalam mengendalikan respons peradangan hingga memunculkan reaksi alergi di tubuh.
Sumber: freepik
Eosinofilia bisa menjadi pertanda adanya infeksi parasit, reaksi alergi, dan juga kanker. Kondisi jumlah eosinofil yang lebih rendah dari 1.500/mcL, tapi lebih tinggi dari jumlah normal sering ditemukan pada orang dengan penyakit alergi, seperti rhinitis alergi dan asma.
Pada jumlah yang sedikit lebih tinggi lagi, hal ini bisa ditemui pada seseorang yang mengalami dermatitis atopik. Selain itu, sinusitis kronis terutama jenis polipoid, dapat menyebabkan eosinofilia dalam kategori ringan hingga sedang. Saat ini terjadi, pasien biasanya akan merasakan alergi hidung dan asma terlebih dahulu.
Bahkan, eosinofilia ringan sampai berat juga bisa dialami oleh pasien yang memiliki riwayat alergi terhadap jenis obat-obatan tertentu seperti misalnya antibiotik, penghambat oksidasi xantin, anti-epilepsi, anti-retroviral, dan obat anti-inflamasi nonsteroid. Secara lebih detail, berikut ini adalah contoh-contoh jenis obatnya.
Antibiotik : penisilin, sefalosporin, dapson, antibiotik berbasis sulfa
Penghambat oksidasi xantin : allopurinol
Antiepilepsi : karbamazepin, fenitoin, lamotrigin, asam valproik
Antiretroviral : nevirapine, efavirenz
Anti-inflamasi nonsteroid : ibuprofen
Penanganan terhadap kasus eosinofilia ditentukan berdasarkan penyebabnya. Pada kasus reaksi alergi, dokter mungkin akan menghentikan pengobatan tertentu dan meresepkan jenis obat alergi untuk mengatasi kadar eosinofil yang tinggi.