Alergi terjadi saat tubuh salah mengira suatu zat tak berbahaya sebagai zat berbahaya, sehingga memicu respons imun yang terlalu aktif. Zat tidak berbahaya ini disebut dengan alergen termasuk lateks, makanan, debu, serbuk sari, dan lainnya. Untuk mengetahui seseorang terkena alergi, perlu dilakukan diagnosa alergi yang dilakukan oleh dokter maupun penyedia layanan kesehatan.
Yuk kenali lebih jauh mengenai apa itu diagnosa alergi serta serangkaian tes yang biasa dilakukan untuk mengetahui jenis alergi yang diidap pasien.
Diagnosa alergi dimulai dengan pertanyaan terkait gejala dan riwayat kesehatan pasien untuk menentukan diagnosis. Kemudian dokter atau ahli kesehatan akan menggunakan tes atau prosedur tertentu untuk menemukan apa yang memicu alergi tersebut.
Contoh tes alergi yang biasa diterapkan meliputi tes tusuk kulit (skin prick test), tes intradermal atau tusukan, dan tes darah (blood test) untuk memeriksa peningkatan kadar antibodi alergi IgE.
Nah, diagnosa alergi ini biasanya dilakukan oleh ahli alergi atau imunologi. Mereka telah terlatih dan teruji dalam mendiagnosis dan melakukan pengobatan alergi yang erat kaitannya dengan sistem kekebalan. Berkat bantuan para ahli alergi inilah, penderita alergi bisa memperoleh diagnosis dan menjalankan treatment yang memperbaiki kualitas hidupnya.
Berikut ini gambaran umum bagaimana suatu diagnosa alergi dilakukan setiap tahapannya.
Sumber: Freepik
Langkah pertama sebelum diagnosis adalah mengumpulkan informasi tentang riwayat kesehatan pasien dan keluarga. Ini penting karena alergi biasanya bisa terjadi bersamaan dengan kondisi lain, misalnya asma. Seseorang juga berpotensi alami alergi jika keluarganya memiliki riwayat yang sama.
Ahli medis juga akan menanyakan pemicu yang menyebabkan reaksi alergi. Kamu perlu mengingat apakah kamu baru saja terpapar alergen. Berikutnya, ahli medis juga akan mempertimbangkan faktor lainnya seperti usia pasien, pekerjaan, dan tingkat keparahan gejala yang dialami.
Selanjutnya, pemeriksaan fisik juga perlu dilakukan untuk membantu diagnosis alergi. Pasien akan diperiksa tanda-tanda alergi yang khas seperti bengkak, ruam, kemerahan, dan benjolan gatal. Selain itu, pasien juga bisa diperiksa hidung dan tenggorokannya untuk memastikan adanya gejala pernapasan atau tidak.
Prosedur berikutnya untuk mengetahui apakah seseorang memiliki alergi adalah dengan melakukan tes alergi pada kulit. Tes kulit (skin prick test) dilakukan dengan menempatkan alergen dalam jumlah kecil (biasanya lengan atau punggung) untuk mengamati adakah reaksi.
Jika kamu mengalami reaksi alergi, kemungkinan kamu memiliki alergi terhadap alergen tersebut. Ini ditandai dengan munculnya benjolan, kemerahan, dan area di sekitar bintil terasa gatal.
Selain tes kulit, juga dilakukan tes injeksi intradermal dengan menyuntikkan sejumlah kecil alergen di bawah kulit, biasanya di lengan bawah. Ada juga tes tempel (patch test), yang mana alergen ditempelkan pada kulit selama 48 jam dan hasilnya sekitar dua hari kemudian.
Sumber: Freepik
Kemudian tes darah juga membantu mendiagnosis alergi dengan cara mengukur konsentrasi antibodi IgE (imunoglobulin E) dalam darah. IgE merupakan protein yang dibuat oleh sistem imun untuk melawan alergen. Apabila terdeteksi kadar imunoglobulin yang tinggi, kemungkinan besar kamu menderita alergi.
Untuk hasil yang lebih akurat, biasanya dokter menggabungkan tes darah IgE dan tes tusuk kulit. Informasi yang dikumpulkan dari kedua tes ini kemudian dianalisis dan dipergunakan untuk menentukan alergen mana yang memicu reaksi serta pengobatan mana yang cocok.
Tes spirometri dilakukan untuk mendeteksi tanda-tanda penyumbatan saluran napas bawah, terutama jika muncul gejala seperti batuk, mengi, dan sesak napas. Tes ini mengukur seberapa banyak udara yang bisa dihirup dan seberapa cepat kamu melakukannya. Penderita alergi seringkali lebih sulit menarik napas dalam-dalam dan menghembuskan banyak udara.
Berikutnya ada challenge test untuk mencari tahu apa yang menyebabkan reaksi alergi. Caranya dengan memberikan sedikit alergen secara perlahan. Lalu pasien akan dipantau apakah mengalami reaksi atau tidak. Challenge test ini sering digunakan untuk membantu diagnosis alergi makanan.
Perlu dicatat, diagnosa alergi tidak bisa sembarang dilakukan, hanya oleh ahli alergi atau imunologi. Dengan bantuan serangkaian tes alergi, akan membantu pasien menentukan pilihan pengobatan untuk meredakan reaksi alergi yang dialami. Sebagai pertolongan pertama, dokter biasanya meresepkan obat anti alergi seperti antihistamin atau cetirizine hydrochloride untuk membantu meredakan gejala alergi.